Aku
seharusnya paham dengan mauku.
Terlalu
banyak bahagia, amarah, sedih entah apalah itu, semacam ribuan emosi yang terus
menghujam setiap hari.
Mungkin
awalnya hanya berteriak dalam diam, dari karena diam berubah menjadi bisikan,
karena tidak tertahankan.
Berhari-hari
aku se"atap" dengannya, kini aku selalu mencarinya.
Saling
sapa hingga bercanda, sudah dilakoni hingga berjuta-juta, meski kita beda satu
ruang, tapi entah kenapa dia selalu terbayang-bayang.
Kini
aku kenal hingga dekat dengannya.
Tidak
lagi untuk "Siapa sih Namanya?"
Karena
sekarang aku tahu, bahwa yang ku mau cuma ingin mengenalnya tanpa ada
kecanggungan yang tidak berarti.
Egi Afif Maulana,
07:30 pm , 2018-08-31
0 komentar:
Posting Komentar